Bank Sentral Malaysia Pertahankan Suku Bunga, Optimis Pertumbuhan Ekonomi Terjaga

Bank Sentral Malaysia Pertahankan Suku Bunga, Optimis Pertumbuhan Ekonomi Terjaga

JAKARTA – Bank Negara Malaysia (BNM) mempertahankan suku bunga acuan pada level 2,75% dan menegaskan keyakinan bahwa perekonomian nasional tetap tangguh menghadapi tekanan tarif Amerika Serikat tanpa perlu pelonggaran moneter. Dalam pernyataannya yang dilansir dari Bloomberg pada Kamis (6/11/2025), bank sentral Malaysia tersebut menilai kebijakan moneter saat ini masih tepat dan mendukung perekonomian di tengah stabilitas harga.

Adapun, keputusan tersebut sesuai dengan proyeksi seluruh 22 ekonom yang disurvei Bloomberg. 

Meski demikian, bank sentral memperingatkan potensi kenaikan tarif produk tertentu dan eskalasi ketegangan geopolitik, serta menyoroti kekhawatiran atas valuasi tinggi di pasar keuangan. Komite Kebijakan Moneter BNM menyatakan akan terus memantau perkembangan ekonomi global dan menilai keseimbangan risiko terhadap prospek pertumbuhan dan inflasi domestik.

Pertumbuhan ekonomi Malaysia yang solid dan inflasi yang terkendali menjadi dasar bagi keputusan BNM untuk memperpanjang jeda suku bunga, berbeda dengan sejumlah bank sentral di kawasan seperti Filipina dan Indonesia yang memberi sinyal pelonggaran kebijakan lebih lanjut.

“Permintaan domestik yang tangguh akan terus menopang pertumbuhan hingga 2026,” kata BNM.  Selain itu, peningkatan investasi serta langkah fiskal dalam anggaran 2026 juga diharapkan menjaga momentum ekonomi.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menandatangani perjanjian dagang dan mineral strategis di Kuala Lumpur pada 26 Oktober lalu.  Kesepakatan tersebut menegaskan tarif impor AS terhadap Malaysia sebesar 19%, di tengah meredanya ketegangan perdagangan setelah gencatan dagang satu tahun antara AS dan China.

“Penyelesaian sejumlah negosiasi dagang telah mengurangi ketidakpastian global,” kata BNM.

Ekspor Malaysia masih bertahan kuat, sementara pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025 mencatat percepatan di luar ekspektasi. Ringgit menguat 0,2% terhadap dolar AS pasca-keputusan suku bunga, dan telah menguat hampir 7% sepanjang tahun ini, menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Ekonom Barclays Plc Brian Tan memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga 25 basis poin pada kuartal I/2026.

“Namun, peluangnya semakin tipis dan pelonggaran tambahan mungkin tidak diperlukan jika ekspor tetap kuat,” ujarnya dalam catatan riset.

BNM menegaskan prospek pertumbuhan tetap rentan terhadap ketidakpastian global. Malaysia masih bernegosiasi dengan AS untuk membebaskan produk semikonduktor dari bea masuk, mengingat AS merupakan pasar ekspor ketiga terbesar bagi industri chip Malaysia.

Dengan mempertahankan suku bunga, BNM memiliki ruang untuk bertindak lebih agresif jika kondisi memburuk pada 2026. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat ke kisaran 4%–4,5% tahun depan, dari 4%–4,8% tahun ini, seiring meningkatnya volatilitas eksternal.

BNM memperkirakan inflasi utama tetap moderat, sementara inflasi inti stabil mendekati rata-rata jangka panjang. Indeks harga konsumen tercatat rata-rata 1,4% pada sembilan bulan pertama tahun ini, dengan proyeksi inflasi penuh tahun 2025 diturunkan ke kisaran 1%–2%.

“Nada kebijakan BNM tetap netral,” ujar ekonom Oversea-Chinese Banking Corp. (OCBC) Lavanya Venkateswaran. Dia menilai bank sentral kemungkinan mempertahankan suku bunga hingga kuartal I/2026, mengingat kejutan positif pada pertumbuhan PDB kuartal III mengurangi urgensi pelonggaran kebijakan dalam waktu dekat. Dikutip dari Bisnis.com