Jakarta, 10 November 2025 – Grup band heavy metal Voice of Baceprot (VoB) menutup rangkaian acara Pidato Kebudayaan: Suara Bajaj dari Cikini dengan penampilan meriah. Lagu ‘Rumah Tanah Tidak Dijual’ sukses membakar semangat penonton di Graha Bhakti Budaya, Jakarta Pusat.
Vokalis VoB, Firda Marsya Kurnia, menjelaskan bahwa pemilihan lagu tersebut selaras dengan tema pidato yang dibawakan Sastrawan Afrizal Malna, yakni kritik sosial terhadap hilangnya eksistensi transportasi bajaj dan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat kecil.
“Lagu ini memiliki keterkaitan dengan pidato Afrizal Malna, yaitu kritik sosial di Indonesia. Hilangnya bajaj sebagai sumber kehidupan sebagian masyarakat,” ujar Firda.
🌱 Lagu sebagai Kritik Sosial dan Lingkungan
Firda menambahkan bahwa sebagian besar lagu VoB membahas kerusakan lingkungan akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi properti komersial, serta ancaman pengambilalihan tanah rakyat. Lagu ini menjadi wadah menyuarakan keprihatinan sosial dan ekonomi masyarakat lokal, termasuk supir bajaj dan pedagang kaki lima.
“Dijajali janji-janji kemapanan, dengan iming-iming hidup sejahtera. Suara kami bagian dari suara kemarahan masa depan,” ungkapnya.
🏘️ Kaitan dengan Isu Masyarakat Lokal
Manajer VoB, Diki, menekankan bahwa pidato kebudayaan Afrizal Malna banyak mengangkat isu penggusuran rumah dan kesejahteraan kota, contohnya di Kota Garut. Proses pembuatan lagu VoB pun banyak terinspirasi oleh perspektif Afrizal Malna.
“Lagu ‘Rumah Tanah Tidak Dijual’ menggambarkan situasi masyarakat Indonesia saat ini. VoB tidak berpidato, tapi menyuarakan hal tersebut melalui lagu,” jelas Diki.
🔑 Kesimpulan
Penampilan Voice of Baceprot menutup Pidato Kebudayaan dengan cara yang menggugah dan kritis, memadukan musik heavy metal dengan pesan sosial. Lagu ‘Rumah Tanah Tidak Dijual’ menjadi simbol perlawanan terhadap kerusakan lingkungan, penggusuran, dan ketidakadilan sosial yang masih terjadi di Indonesia. dikutip dari RRI.co.id
