Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menegaskan pentingnya peran perempuan Indonesia di tengah meningkatnya perhatian dunia terhadap posisi strategis Indonesia di kancah global.
Menteri PPPA Arifah Fauzi mengatakan, kondisi global saat ini menuntut perempuan Indonesia agar semakin kreatif dan inovatif di berbagai bidang kehidupan.
“Meningkatnya perhatian dunia internasional terhadap posisi Indonesia yang semakin strategis menuntut kreativitas dan inovasi perempuan Indonesia. Salah satu kekuatan perempuan Islam di Indonesia adalah gerakan dakwah yang bukan hanya menyampaikan ajaran agama,” ujar Arifah dalam keterangannya, Kamis (6/11/2025).
Perempuan Sebagai Penggerak Peradaban
Arifah menegaskan, pemerintah terus mendorong perempuan untuk menjadi pelaku aktif dalam membangun masyarakat yang berdaya, berpengetahuan, dan beretika. Menurutnya, hal ini merupakan fondasi penting untuk memperkuat peradaban bangsa di masa depan.
“Kami mendorong perempuan agar dapat membangun peradaban, mencetak intelektual, merawat solidaritas sosial, dan menumbuhkan etika publik. Keterlibatan perempuan dalam proses negosiasi perdamaian dapat meningkatkan peluang tercapainya kesepakatan jangka panjang dan memperkuat kepercayaan publik,” jelasnya.
Tantangan dan Agenda Pemberdayaan Perempuan
Meski demikian, Arifah mengakui masih ada hambatan struktural dan budaya yang membatasi peran perempuan, termasuk dalam diplomasi publik dan akses ke jejaring internasional.
“Kita akui masih ada hambatan yang akhirnya membatasi perempuan. Oleh karena itu, tiga agenda penting pemberdayaan yang harus dilakukan adalah memperkuat literasi global. Dengan begitu, perempuan bisa lahir sebagai pemikir yang memahami isu internasional dan mampu memperluas jaringan lintas negara dan lintas sektor,” tambahnya.
Perempuan dan Diplomasi Global
Sementara itu, Executive Board The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia, Yuniyanti Chuzaifah, menekankan pentingnya keterlibatan perempuan dalam penyusunan kebijakan perlindungan global. Ia juga mendorong gerakan dakwah yang memperkuat peran dan suara perempuan dalam menciptakan perdamaian dunia.
“Kerangka kerja internasional Women, Peace, and Security (WPS) berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1325 mengedepankan empat substansi utama. Yakni pencegahan, penanganan dan perlindungan, pengadilan dan pengukuhan, serta pemulihan dan pemberdayaan,” kata Yuniyanti.
RRI.co.id
