Komisi IV DPR RI akan memanggil Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni untuk meminta penjelasan terkait fenomena ribuan gelondongan kayu yang ikut hanyut dalam banjir besar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh. Gelondongan kayu tersebut memicu pertanyaan publik mengenai kondisi hulu dan dugaan kerusakan kawasan hutan.
Wakil Ketua Komisi IV DPR, Alex Indra Lukman, mengatakan rapat bersama Kementerian Kehutanan telah dijadwalkan pada Kamis, 4 Desember 2025 pukul 14.00 WIB.
“Nanti pada Kamis tanggal 4 Desember pukul 14.00 WIB, kita sudah mengundang Kementerian Kehutanan untuk paparan,” ujar Alex di kompleks parlemen, Senin, 1 Desember.
Alex memahami kekhawatiran masyarakat mengenai banyaknya kayu yang telah terpotong dan terbawa arus banjir. Menurutnya, kondisi tersebut menunjukkan adanya persoalan serius di kawasan hulu.
“Dari material yang terbawa, logika kita mengatakan ini bukan hanya air yang melimpah, tetapi ada sesuatu di hulu, di lereng bukit, yang terjadi,” ucapnya.
Ia menegaskan kasus ini harus menjadi evaluasi mendalam karena bencana serupa berpotensi terulang. Alex menilai kebijakan pengelolaan kehutanan perlu diperbarui agar lebih relevan dengan kondisi saat ini.
“Kita membutuhkan kebijakan kehutanan yang baru, yang up to date, supaya bencana seperti ini tidak terulang lagi,” katanya.
Terkait usulan penetapan banjir dan longsor di Sumatra sebagai bencana nasional, Alex mengaku tidak ingin berpolemik. Penetapan status tersebut, kata dia, sepenuhnya wewenang pemerintah.
“Status bencana nasional itu dalam bentuk Keppres. Tapi sampai saat ini Pak Presiden sudah bekerja keras memerintahkan jajaran di bawahnya untuk turun ke lapangan. Soal status, itu wilayah eksekutif,” ujarnya.
Fenomena ribuan potongan kayu yang terbawa banjir sebelumnya viral melalui sebuah video yang menunjukkan tumpukan kayu memenuhi Pantai Parkit, Kota Padang, pada Jumat, 28 November. Dalam video yang diunggah akun Instagram @antaranewscom itu, kayu-kayu tersebut menumpuk di area muara dan bibir pantai, disertai air pantai berwarna kecoklatan dan sampah yang ikut hanyut.
Kondisi ini dilaporkan mengganggu aktivitas nelayan serta mengubah tampilan pantai secara drastis.
Dikutip dari cnnindonesia.com
